Ciput Kucingku


<!--[if !vml]--><!--[endif]-->
Psstt, siapa sih, kucing di atas itu? Lucu sekali.. Perkenalkan, namanya Ciput. Na-ma lengkapnya Ade Ciput. Yuk, kita cari tau, siapa sih Ade Ciput sebenarnya itu!




Kejadian Bertemu Ciput
Suatu hari saat sedang makan kerang di seafood Raden Intan, aku melihat - lihat beberapa anak kucing. Aku melihat anak kucing berwarna abu-abu dan hitam putih. Aku melihat yang berwarna hitam putih, tapi menurut mama biasa saja.

Aku mengajak papa keluar untuk melihat-lihat. Tiba-tiba papa melihat anak kucing kecil berwarna abu-abu. Ekornya pendek bulat dan wajahnya manis, hidungnya ... berwarna pink!
Papa berkata, "Kalau yang ini bagus gak?"

"Nah, yang ini bagus," jawab mama. Langsunglah anak kucing itu kubawa pulang.


Asal-Usul Nama “Ciput”
Sebenarnya, yang punya asal usul nama itu bukan cuma manusia, lho, tetapi ku-cingku, Ciput juga punya. Nama lengkapnya “Ade Ciput”. Mari kita jelajahi satu persatu!
Nama depan “Ade” diambil dari namaku, “Ade Bunga Putri”. Kenapa? Ya, agar ada ciri khas/kesamaan dengan pemiliknya.
Nama tengah “Ciput“ sebenarnya bukan nama asli/nama pertama sejak Ciput dipelihara. Nama pertamanya adalah “Puput“, karena pada awalnya kukira dia itu perempuan. Setelah tahu kalau dia laki-laki, langsung kuganti namanya menjadi “Ciput“. Nama Ciput sendiri terinspirasi dari nama topi milikku yang modelnya mirip topi perampok. Yang terlihat hanya matanya saja. Biasanya kubawa kalau kami sekeluarga(tidak bersama Ciput) bertamasya ke daerah pegunungan dan daerah dingin lainnya.
Hari Pertamaku Bersama Ciput

Di hari pertama Ciput tinggal, aku senang sekali. Senangnya bukan main. Terutama saat ia sedang tidur pulas. Ku-elus-elus keningnya.. Rasanya, ingin kucubit-cubit pipinya. Gemes!!!
Lucunya, setiap kali si Ciput duduk santai di lantai, aku selalu berseru kepada mama dan papa, “Ma, pa, si Ciput mau buang air besar tuh! Bantuin bawa ke kamar mandi ya!”. Mamaku menjawab, ”Dia bukan mau buang air besar, tetapi cuma mau duduk santai,”. “Oh..” jawabku malu. Maklum, waktu itu aku belum tahu banyak hal tentang kucing.

Hari kedua, aku mulai senang. Mengapa? Itu adalah hari pertamaku memandikan seekor kucing. Memang sih, sedikit repot karena dia selalu teriak-teriak kedinginan. Me-ongannya keras sekali. Terkadang, ia juga mencakar-cakarkan kukunya ke pintu, karena dia tidak suka dimandikan.

Usai memandikannya, sembari mengeringkan bulu-bulunya yang masih basah, aku membersihkan kutu-kutu hewan yang tertempel di bulunya menggunakan sikat gigi kecil. Supaya dia tidak merasa gatal-gatal.
Setelah mandi selesai, badan sudah kering, Ciput boleh main. Waktu itu, kalau ti-dak salah hari Minggu sekitar pukul 9.00 pagi. Pertama-tama, Ciput kuberikan sebuah boneka kucing angora warna putih. Bulunya tebal.Wah, dia terlihat senang sekali. ungkin boneka itu dikira ibunya oleh si Ciput... Sesudah bermain boneka, aku memberikannya sebuah bola bekel oranye. Bersama bola bekel yang biasa kumainkan, dia sibuk sekali. Lari ke ruang tamu sampai dapur, tak kenal lelah.
Setelah kelelahan bermain dengan bola bekelku, ia istirahat di ruang tamu sambil menjilat-jilat tubuhnya. Kalau yang ini, aku tahu kalau itu memang kebiasaan setiap kucing. ^_~
Mungkin si Ciput terlalu lelah bermain lari-larian bersama bola bekelnya, sampai-sampai sakit perut. Dan akhirnya ia terpaksa buang air besar di lantai. Memang agak repot membersihkannya. Selesai membersihkan kotoran, Ciput langsung kubawa ke kamar mandi.
Oya, tidak hanya bermain boneka dan bola bekel, tetapi Ciput juga suka main tali. Bukan lompat tali, tetapi mengintai tali. Saat kugoyang-goyangkan tali itu, Ciput mencoba meraih talinya. Kalau sudah dapat, talinya digigit-gigit, kadang sampai lepas uraiannya.

Saat Ciput Menghilang :{
Sekitar bulan April 2006 yang lalu, si Ciput hilang. Wah, aku takut sekali. Aku bingung mencari-carinya dimana. Aku minta bantuan temanku Oi mencari Ciput. Biasanya, kami mencarinya sambil bermain sepeda sore. Keliling-liling komplek, tidak ketemu. Sampai-sampai suaraku hampir habis terus berteriak mencari Ciput...
Belum menyerah aku mencari Ciput yang hilang, malam-malam aku ke luar sambil membawa piring dan sendok. Aku mengetuknya sampai berbunyi “tok tok’’. Karena kupikir dia langsung datang kalau mendengar bunyi piring dengan sendok.
Ternyata, hampir setiap sore aku main sepeda belum ketemu, dan setiap malam aku mengetukkan piring dan sendok belum ketemu, aku menangis. Sediih sekali. Supaya tidak terlalu sedih mengingat Ciput hilang, aku dan Oi mempersiapkan acara ultah mama. Membeli coklat di warung, bla bla bla...
Pulang sekolah di hari mama ulang tahun, aku kaget. Kenapa? Ternyata di dapur ada si Ciput! Sudah kuruus sekali dan juga kotor. Alhamdulillah ya Allah, Ciput sudah kembali sampai hari ini.



No comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Teman-teman di sini